Eko Roni Saputra mewakili Indonesia dalam kompetisi multinasional sebagai pegulat dan sekarang sebagai petarung di ONE Championship. Dia juga dengan bangga menyemangati rekan senegaranya setiap kali mereka membawa bendera mereka di olahraga lain.
Seperti yang terjadi awal tahun ini, saat Indonesia dan Thailand saling berhadapan di last turnamen sepak bola utama kawasan, Kejuaraan Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF).
Sementara Indonesia dengan berani berjuang untuk bermain imbang 2-2 di leg kedua pertandingan mereka, mereka akhirnya kalah agregat 6-2 saat mereka menjatuhkan leg pertama ke Thailand, 4-0.
Dalam wawancara baru-baru ini, Saputra berbagi bahwa meskipun dia tidak bisa berbuat apa-apa tentang hasil Kejuaraan AFF, dia akan membalas kekalahan itu dengan mengalahkan petarung Thailand di Circle:
“Saya menantikan kesempatan itu! Teman-teman Thailand saya di Evolve mengolok-olok saya karena itu. Saya mengatakan kepada mereka bahwa Indonesia akan menang, tetapi ketika kami kalah 0-4 di leg pertama, Dejdamrong mulai mengejek saya. [laughing]. Orang-orang Thailand di sini kebanyakan adalah penggemar sepak bola, jadi ketika Indonesia kalah, mereka terus meneriakkan juara Thailand!”
Meskipun dia tidak menyebutkan petarung tertentu, mungkin juara dunia Evolve Thailand dapat membantunya memilih lawan yang layak untuk mempertahankan kebanggaan tanah air mereka.
Siapa tahu, mungkin keinginannya untuk bertanding melawan petarung terbaik Thailand di dunia akan begitu kuat hingga membawanya ke ONE Tremendous Sequence. Dengan banyaknya talenta yang tersedia dan semua kompetisi seni bela diri yang tersedia di ONE Championship, kemungkinan Saputra tidak terbatas.
Eko Roni Saputra sedang melaju kencang
Eko Roni Saputra kalah dalam pertandingan debutnya di panggung international ONE Championship melawan Niko Soe dari Singapura dalam ajang ONE: Roots of Honor pada April 2019. Namun, sejak itu menjadi satu-satunya cacat dalam catatan MMA profesionalnya.
Juara gulat nasional Indonesia beberapa kali ini telah menunjukkan penguasaan permainan tanahnya dengan menyelesaikan tiga dari lima lawan terakhirnya dengan cara submission.
Sementara itu, kemenangan terakhirnya diraih Agustus lalu di ajang ONE: Battleground II. Dia mencetak KO 10 detik yang luar biasa dari Liu Peng Shuai, menunjukkan kekuatan KO yang menakutkan untuk dipasangkan dengan permainan tanahnya yang sudah mengesankan.
Sejak melakukan transisi ke MMA, petinju berusia 29 tahun itu nyaris tidak berkeringat, dengan tidak ada satu pun dari enam pertarungan pertamanya yang mencapai akhir ronde pembukaan.
Sehebat apa pun yang telah dia lalui secara beruntun, ada alasan untuk percaya bahwa kita masih belum melihat yang terbaik dari Eko Roni Saputra.